Kelompok 7
Anggota:
Permata Ismawarni Putri (12-030)
Zahrani
(12-040)
Mia
Audina (12-084)
Muhammad
Anggy Fajar Purba (12-104)
Arif
Mubarakallah (12-122)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Identitas Sekolah
Nama
Sekolah :
SMA Harapan 1 Medan
Alamat
Sekolah : Jalan
Imam Bonjol No.35 Medan
Uang
Sekolah : 460.000/bulan
+ Mulok 35.000 = 495.000
Konsep
e-learning : offline/powerpoint
Digunakan
sejak : tahun 2010
2.2Uraian objektif observasi
Hari pelaksanaan :
Kamis, 23 Mei 2013
Waktu dilakukan :
12.30-14.00 WIB
Lama
observasi : satu jam 30 puluh menit
Pembagian tugas :
Semua anggota kelompok mengamati suasana saat proses belajar mengajar di kelas.
Narasumber : Khairil
Anchar (Guru Bahasa Arab), Santi (Siswi), Anggy
(siswi)
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 E-learning
Electronic
learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah
pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun
pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa
elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi
pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan
istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini
terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’
dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’.
Jadi e-learning berarti
pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam
pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer
atau kombinasi dari ketiganya. Disini saya beserta teman-teman saya telah melakukan
observasi langsung kesebuah sekolah dan kami meneliti pembelajaran siswa/i
dimana sekolah tersebut telah menerepkan e-learning pada pembelajarannya.
2.2 Motivasi
Motivasi merupakan kondisi internal yang
mendorong dan mengarahkan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan ertahan lama. Secara garis besar
motivasi terbagi dua, yaitu motivasi primer berupa kebutuhan untuk ertahan
hidup dan motif psikologis berupa kebutuhan yang dibutuhkan untuk kebahagian
dan kesejahteraan hidup. Pembahasan ini akan lebih berfokus pada motivasi
psikologis. Motivasi psikologis manusia terdiri dari: motivasi akan hal-hal
baru, Need for Achievement (kebutuhan akan kesuksesan) dan motivasi afiliasi.
Motivasi akan hal-hal baru merupakan suatu kebutuhan akan pengalaman-pengalaman
baru. Need for Achievement merupakan motivasi untuk mendapatkan kesuksesan. Dan
motivasi afiliasi merupakan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
Selain pembagian di atas, motivasi juga dapat
dikelompokkan sebagai motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik
merupakan motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri.
Dan motivasi ekstrinsik merupakan adalah motivasi untuk melakukan sesuatu demi
mendapatkan sesuatu yang lain (dipengaruhi oleh insentif eksternal).
Motivasi juga dapat dilihat dari berbagai
perspektif yaitu, behavioral yang menekankan imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi siswa, humanistis yang
menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan
untuk memilih nasib mereka, kognitif yang menekankan
pada proses berpikir dimana pikiranlah yang akan memandu motivasi siswa
(berkaitan dengan Need for achievement), dan sosial yang
berkaitan dengan motivasi unttuk berhubungan (motivasi afiliasi)
2.3 Orientasi
belajar
Orientasi belajar sendiri
maksudnya adalah cara yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai suatu
tujuan yang sudah ditetapkan.
TCl atau Teacher Centered Learning adalah
suatu sistem pembelajaran yang berpusat pada dosen atau pengajar, sehingga
pengajarlah yang aktif dan mengendalikan sepenuhnya bahan ajar dan irama
pembelajaran. Pada sistem pembelajaran ini, peserta didik hanya menerima
informasi dari apa yang diberikan oleh guru atau dosen, maka peserta didik
relatif bersikap pasif.
Sedangkan SCL atau Student Centered
Learning adalah suatu sistem pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik atau mahasiswa, dimana mereka dituntut lebih aktif dan mandiri. Dengan
metode yang memusatkan kegiatan pada peserta didik untuk selalu belajar
mengajar, peran guru atau dosen dalam pembelajaran SCl bergeser dari semula
menjadi seorang pengajar atau teacher menjadi mitra pembelajaran atau
fasilitator.
2.4 Manajemen
kelas
Manajemen kelas mengandung
pengertian, yaitu proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan
kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif (Rachman,
1999:11). Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar
untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Terdapat 3
jenis gaya manajemen kelas yaitu gaya permisif yang merupakan pendekatan
yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa,
gaya otoritarian yang merupakan gaya yang
restriktif dan punitive, serta gaya otoritarian yang merupakan gaya manajemen
kelas yang lebih efektif dibandingkan permisif dan otoritarian dimana
memberikan kebebasan pada siswa namun masih dikontrol atau diawasi oleh guru.
Adapun beberapa jenis formasi bangku kelas yaitu:
1. Gaya
klaster: gaya susunan kelas dimana sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil
2. Gaya
auditorium: gaya susunan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru
3. Gaya
tatap muka: gaya susunan kelas dimana murid saling menghadap.
4. Gaya
off-set: gaya susunan kelas dimana murid duduk di bangku, tetapi tidak duduk
berhadapan langsung satu sama lain
5. Gaya
seminar: gaya susunan kelas dimana sejumlah murid duduk di susunan berbentuk
lingkaran, atau persegi atau bentuk U
2.4 Teori
belajar
Teori belajar merupakan upaya
untuk menggambarkan bagaimana orang belajar, sehingga membantu kita memahami
proses kompleks inheren pembelajaran. Menurut Thorndike, belajar
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati Ada tiga kategori utama mengenai teori belajar yaitu,
yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar
kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori
belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran.
Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis
otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Selain
tori belajar diatas, ada juga teori belajar sosial. Teori belajar
sosial merupakan teori belajar yang menekankan hubungan interaksi
yang baik antara murid dan guru, murid dengan murid agar lancarnya kegiatan
belajar mengajar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Laporan Hasil
Observasi
Observasi dilakukan di kelas X-D SMA
Harapan – I medan. Pada saat observasi, guru yang mengajar yaitu Bapak Khairil
Anchar dengan pelajaran Bahasa Arab. Adapun isi materi yang diajarkan beliau
adalah mengenai “Isim”. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu;
- Berdasarkan
pengamatan observer
1. Konsep
e-learning
SMA
Harapan 1 Medan telah menggunakan konsep pembelajaran e-learning sejak tahun
2010. Model pembelajaran e-learning yang digunakan yaitu secara offline berupa
pembelajaran dengan power point dengan menggunakan sebuah projector dengan merk
EPSON.
2. Motivasi
- Motivasi
siswa tergolong rendah, dikarenakan pada saat
beliau mengajar banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, suasana sangat
ribut, tidak kondusif, dan ada juga yang makan-makan dikelas serta bermain HP
dan ada juga siswa yang bahakan tidak membawa bukunya serta
mengeluh akan tugas yang diberikan oleh guru.
- Need
for achievement siswa tinggi, mereka berusaha menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
- Motivasi
afiliasi siswa tinggi, para siswa menunjukkan hal ini dari aksi menyontek
ketika mengerjakan tugas yang diberikan guru
- Motivasi
ekstrinsik seperti pemberian reinforcement positif dapat meningkatkan motivasi
instrinsik siswa, guru memaksa siswa mengerjakan tugas dengan mengajak siswa
menonton film saat tugas mereka telah selesai
3. Orientasi
belajar
- Menggunakan
metode TCL (Teacher Centered Learning), pembelajran berpusat pada guru dimana
gurulah yang memiliki pernanan yang dominan, guru yang mendiktekan pelajaran, memberi
materi, pertanyaan dan tugas serta evaluasi.
4. Manajemen
Kelas
A. Fisik
- Kelas
menggunakan gaya penataan auditorium
- Ruang
kelas terkesan gelap karena pencahayaan kelas kurang
- Suhu
di kelas stabil
- Kelas
kotor
- Papan
tulis dan media pembelajaran lain dapat dijangkau oleh semua murid
- Guru
tidak bisa bergerak bebas ke belakang meja siswa yang paling belakang karena kepadatan
di tempat lalu lalang tersebut serta tidak ada celah untuk itu.
B. Non
Fisik
- Guru
kurang dapat memanage kelas sehingga siswa ribut di kelas dan siswa bebas
berjalan-jalan di ruang kelas
- Guru
menggunakan gaya mengajar Otoritatif
5. Teori
belajar
Ada
beberapa terori belajar yang digunakan, yaitu:
A. Teori
belajar behavioristik
- Pemakaian
teori ini terlihat ketika siswa diberikan tepuk tangan (praise) oleh guru dan
teman-temannya ketika berhasil menjawab sebuah pertanyaan.
- Guru
menekankan imbalan dengan insentif stimuli positif sebagai kunci dalam
menentukan motivasi murid. Insentif yang dipakai guru dikelas adalah tugas yang
diselesaikan murid akan mendapat imbalan berupa memperbolehkan menonton film,
sesuai permintaan yang mereka inginkan apabila selesai mengerjakan tugas.
- Guru
memberikan siswa nilai sebagai reward atas tugasnya
B. Teori
belajar Humanistik
- Siswa
diberikan kebebasan dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diberikan guru
C. Teori
belajar Kognitif
- Siswa
menggunakan kognisi dalam mengerjakan tugas serta pertanyaan yang diberikan
guru
D. Teori
belajar sosial
- Hubungan
baik antara siswa dan guru cukup untuk membuat proses belajar mengajar lebih
nyaman dan menyenangkan
- Berdasarkan
keterangan narasumber
A. Khairil
Anchar (Guru Bahasa Arab) = Beliau sudah mengajar di SMA Harapan – I Medan sejak
1987. Beliau mengatakan bahwa lebih suka mengajar menggunakan slide jika jumlah
les sedikit (1 les = 45 menit). Namun dia lebih suka menggunakan papan tulis
jika jumlah les banyak.
B. Santi
(Siswi) = Santi adalah salah satu siswi yang sekarang duduk di kelas X-D. Dia
mengaku masuk sekolah Harapan bukan karena paksaan orang tua, melainkan atas
kemauannya sendiri. Mengenai e-learning, dia mengaku lebih suka menggunakan
infocus daripada papan tulis, karena lebih mudah dimengerti dan terstruktur tulisannya.
Juga tampilan pada slide menarik. Santi lebih termotivasi secara intrinstik
pada pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika. Tetapi pada pelajaran Matematika,
dia menggunakan motivasi ekstrinsik, itu dikarenakan guru Matematikanya killer,
paparnya. Dia menambahkan, biasanya jika catatan tinggal, berisik, main HP, itu
langsung disuruh keluar kelas.
C. Anggy
(Siswi) = Anggy, seorang siswi SMA Harapan – I Medan yang juga dikelas X-D juga
ikut kami observasi. Siswi yang duduk di belakang pojok kelas ini mengaku
bahwasanya dia lebih suka jika yang mengajar itu menggunakan Microsoft Power
Point, “lebih mudah ngertinya sih” katanya. Dia juka memberitahukan, bahwa uang
sekolahnya disitu berjumlah 460.000/bulan, ditambah uang mulok sebesar 35.000.
Tidak banyak informasi yang kami dapat dari dia, mengingat dia juga orangnya
pemalu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Rangkuman
hasil observasi
1. Kelompok :
Penggunaan
konsep e-learning di SMA harapan 1 medan telah dilakukan sejak tahun 2010.
Metode pembelajaran e-learning ini dapat memudahkan siswa dalam belajar karena
lebih mudah dimengerti dan terstruktur tulisannya, Juga tampilan pada slide
yang menarik sehingga tidak membosankan dan memudahkan pula bagi
guru dalam mengajar dimana guru tidak perlu lagi mendiktekan pelajaran. Konsep
e-learning yang digunakan di sekolah tersebut merupakan e-learning dengan
program offline berupa pembelajaran menggunakan power point melalui sebuah projector
dengan merk EPSON. Motivasi siswa kelas X-D SMA
harapan 1 medan tergolong rendah, dikarenakan banyak
siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan cenderung ribut serta memakan
makanan di kelas. Orientasi belajar menggunakan model TCL (teacher centered
learning) dimana gurulah yang berperan dominan dalam proses pembelajaran.
Dengan menggunakan gaya mengajar otoritatif pada saat pelajaran berlangsung
guru kurang dapat memanage siswa dengan baik sehingga suasana kelas cenderung
tidak kondusif. Suasana kelas juga terlihat kotor dan gelap. Gaya penataan
ruangan yang digunakan yaitu gaya auditorium. Teori belajar yang digunakan
berupa teori belajar behavioristik, humanistik, kognitif dan sosial.
2. Pribadi
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran e-learning terhadap hasil
belajar siswa kelas SMA Harapan 1 Medan, adanya pengaruh positif maupun negatif
baik pada segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dalam kebijakan pendidikan
yang memanfaatkan e-learning, perlu adanya kajian dan rancangan mendalam.
E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada
teknologi. Hakikat e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan
melalui teknologi. Dan di sini perlu adanya pengembangan model e-learning yang
tepat sesuai dengan kebutuhan. Saya berpendapat bahwa media pembelajaran
secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru. Oleh
karena itu saya sependapat dengan sistem pendidikan konvensional, dimana fungsi
elearning adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta
proses pembiasaan agar dapat cepat mengerti sumber belajar khususnya teknologi.
4.2 Testimoni:
1. Zahrani
(12-040)
Tugas observasi ke sekolah merupakan
pengalaman baru bagi saya. Menurut saya ini merupakan salah satu satu model
pembelajaran yang sangat efektif karena dapat dengan langsung melihat
pengaplikasian materi atau teori-teori yang telah dipelajari di lapangan
sehingga terkesan lebih nyata. Dalam tugas observasi kali ini kami telah
bekerja sama dengan baik secara berkelompok dengan mengunjungi SMA harapan 1
medan serta telah melakukan tugas obsevasi mengenai konsep e-learning,
motivasi, orientasi belajar, teori belajar serta manajemen kelas secara
bersama-sama sehingga tidak ada kendala yang berarti. Meskipun ada sedikit
kendala ketika menentukan kelas yang akan di observasi, namun akhirnya semuanya
teratasi berkat pihak sekolah yang mau bekerjasama serta guru dan para siswa
yang telah bersedia untuk diobservasi serta dapat berpartisipasi dengan baik.
2. Permata
Ismawarni Putri (12-030)
Seharusnya guru di ruangan lebih tegas
kepada murid-muridnya, dimana guru harus berperan lebih aktif fan mengontrol
murid karena belajar mengajar di dalam kelas menggunakan sistem TCL jadi guru
harus berperan lebih maksimal. Ruangan kelas layak dijadikan tempat
belajarkarena penerangan bagus dan ruangan bagus. Akan tetapi murid-murid tidak
menjaga kebersihan kelas . ruangan sangat kotor dan bangku-bangku tidak tertata
rapi. Anak-anak murid seharusnya lebih menjaga keadaan kelas.
3. Mia
Audina (12-084)
Dalam observasi kali ini terdapat perubahan
rencana, yang seharusnya kami berada dikelas mata pelajaran TIK, jadi kami
dipindahkan kekelas bahasa arab. Selama observasi dikelas juga tidak ada
kendala yang terjadi. Semua murid dan guru menyambut kami dengan baik dan
mereka juga tidak merasa terganggu sehingga aktifitas belajar tetap berjalan
sesuai adanya. Setelah observasi selesai kami juga mewawancara seorang guru dan
murid. Dengan wawancara tersebut juga kami lebih banyak mengetahui lagi
mengenai pembelajaran dikelas maupun mengenai sekolah.
4. Muhammad
Anggy Fajar Purba (12-104)
Menurut saya pada observasi dilakukan pada
hari kamis 23-5-2013 pada sekolah SMA Harapan – I Medan lebih tepatnya di kelas
X-D saya merasa segala perlengkapan dan fasilitas kelas sudah termasuk sangat
mumpuni, seperti dengan adanya sebuah projector dengan merk EPSON, 2 buah
lemari besar yang berisi Al-Qur’an dan perlengkapan belajar mengajar, 2 Air
Conditioner, dst. Jadi pada saat kami sedang observasi kelas mereka, pada saat
sedang pada pelajaran Bahasa Arab. Saya lihat guru sangat ramah terhadap
siswa/i di kelas tersebut. Tetapi motivasi siswa/i nya menurut saya kurang
tinggi, karena kami mendapati siswa/i yang bermain HP, makan-makan, serta
ngobrol-ngobrol dengan temannya. Suasana kelas sungguh kacau dan tidak
kondusif. Guru tidak terlalu ambil pusing dengan itu, jadi hanya diperingatkan
saja jika ada yang kelewatan batas, itu seperti teori belajar Operant
Conditioning yang termasuk kedalam Negative Reinforcement menurut saya. Saya
melihat kelas menggunakan orientasi belajar TCL (Teacher Center Learning), dimana
guru yang aktif disitu dengan memberi materi, tugas, dan mengoreksinya bersama
siswa/i. Kemudian saya juga berpendapat, bahwa mereka menggunakan strategi
belajar otoritatif dan formasi bangku gaya auditorium. Tetapi walaupun pada
kelas saya lihat suasana tidak kondusif, tetapi saya rasa mereka kreatif, dan
ramah. Karena saya melihat sebagian siswa/i membawa alat musik, dan ketika kami
butuh menanyakan pertanyaan pada mereka, mereka pun tidak sungkan-sungkan untuk
menjawabnya dengan nada yang ramah.
5. Arif
Mubarakallah (12-122)
Observasi yang kelompok kami lakukan sesuai
dengan harapan walaupun ada sedikit kendala saat akan mencari kelas yang
diobservasi dimana saat kami tiba ternyata para siswa sedang ISHOMA, tetapi
secara keseluruhan berjalan lancar. Izin kelas pun berjalan baik, para siswa
dan guru pun baik sekali dalam kerjasamanya dan saya pribadi sangat
mengapresiasi kerja sama mereka.